All pictures are the property and copyright of their respective owner(s).

Friday, April 29, 2016

Komitmen Organisasi


Beberapa pengertian mengenai komitmen organisasi menurut para ahli, diantaranya: 


Hrebiniak dan Alutto (1972) 

Mendefinisikan komitmen organisasi sebagai fenomena struktural yang terjadi sebagai akibat dari transaksi-transaksi organisasi-individu dan investasi-investasi yang diberikan individu pada organisasi.

Kanter (1986)

Mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kesediaan aktor sosial untuk memberikan energi dan kesetiaan mereka kepada sistem sosial.

Salancik (1977)

Mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan dimana seorang individu menjadi terikat oleh tindakannya dengan keyakinan yang mempertahankan kegiatan dan keterlibatannya sendiri.

Steers (1977)

Melihat komitmen organisasi sebagai suatu sikap karyawan dan satu set intensi perilaku termasuk di dalamnya kesediaan untuk mengeluarkan usaha yang sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi, dan suatu keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi.


Sumber: Flores, M. L. (2009). The experience of organizational commitment in community college faculty. Colorado: ProQuest LLC.





 




Sunday, November 23, 2014

Alosentris

Apa itu alosentris? Kata alosentris atau allocentric - allocentrism, tidak terlalu familiar bagi masyarakat umum, bahkan bagi kalangan psikologi kata ini masih terdengar asing. Lalu apa itu alosentris?

Sebenarnya maksud dari istilah alosentris dapat dipahami dengan mudah. Hanya saja yang membuat kata alosentris masih terdengar asing adalah karena sumbernya yang masih langka. Dimana istilah ini baru digunakan setelah Triandis H.C mencetuskannya. Triandis mencentuskan istilah alosentris untuk mempermudah meneliti individu alosentris baik pada lingkungan individualis maupun kolektif.



Alosentris merupakan kontruk pada level individu dari kolektivisme. Dimana individu tersebut lebih memusatkan perhatian dan tindakan kepada oranglain daripada diri sendiri. Dengan adanya konstruk pada level individu ini, sifat kolektif yang melekat pada individu (alosentris) dimungkinkan diteliti baik pada masyarakat kolektif ataupun pada masyarakat individualis.



Souce :
Handbook of culturah halth psychology by Shahe S. Kazarian, David R. Evans.

All pictures are the property and copyright of their respective owner(s).
Sources Images : here


Friday, October 18, 2013

Efek Kognitif Konsumsi Alkohol



Kebiasaan meminum alkohol sudah ada selama ribuan tahun lalu, sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Mulai dari bangsa Romawi, Yunani, hingga Cina. Kebiasaan meminum alkohol tersebut biasanya terdapat saat perayaan sebuah acara, atau meminum alkohol untuk mengurangi beban pikiran dan kesedihan. Dari kedua hal tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi alkohol berkaitan erat dengan emosi manusia. Para ahli dalam bidang syaraf otak yaitu Neuropsikologi, neurofisiologi, dan neurobiologi, dari penelitian pada limbik dan korteks (bagian otak) para peminum alkohol, menemukan bahwa kecanduan menerjemahkan emosi menjadi sensasi.

Saat ini, banyak pihak memberi perhatian lebih pada konsumsi alkohol yang berlebihan. Fokusnya yaitu terhadap para peminum alkohol yang mengemudi mobil setelah teler, dan pada modifikasi penggunaan alkohol yang banyak digunakan oleh orang yang berusia muda dan hubungannya dengan obat-obatan psikoaktif lain yang digunakan untuk merasakan sensasi mabuk yang lebih kuat. Penyalahgunaan alkohol tersebut sangat merusak, karena usia pertama saat meminum alkohol berkorelasi dengan penurunan “gray matter volume” di korteks frontal, otak kecil, dan batang otak.

Pada pengkonsumsian alkohol yang berlebihan, memberi dampak yang dapat mengubah struktur dan fungsi dari sistem saraf pusat dan pada jangka panjang dapat menyebabkan perubahan adaptif neuronal yang berkontribusi terhadap phenomena of tolerance and withdrawal. Pada pengkonsumsian satu dosis ethanol jika diberikan pada usia kritis ditemukan bahwa dapat memberikan efek penurunan jangka panjang pada memori jangka panjang. Pada penggunaan dosis rendah alkohol dapat membuat perubahan fisiologis pada otak halus walaupun tanpa adanya defisit perilaku nyata yang ditunjukan.



Source :
Journal of Psychophysiology. "Cognitive Effects of Acute Alcohol Consumption and Addiction". Here the site.

All pictures are the property and copyright of their respective owner(s).
Sources Images : here and here

Friday, September 27, 2013

Organizational Citizenship Behavior Adalah

Pernahkah mengetahui atau mendengar tentang orang-orang yang bersedia untuk "melakukan tugas diluar kewajibannya", atau "bekerja ekstra" di pekerjaannya ? Hal ini merupakan sebuah sikap atau perilaku yang menggambarkan apa yang di maksud dengan Organizational Citizenship. Dan organizational citinzenship ini berkaitan dengan kepuasan kerja.

Jadi kesimpulannya adalah,
Organizational Citizenship adalah kemauan untuk "bekerja melebihi panggilan tugas / kewajiban" atau "bekerja ekstra" dalam suatu pekerjaan. Organizational citizenship merupakan perilaku extra role, atau perilaku melebihi tugas atau tanggung jawab pekerjaannya.

Orang yang adalah seorang Organization citizen yang baik, akan melakukan hal-hal, walaupun tidak dibutuhkan atau diwajibkan, akan berusaha membantu untuk meningkatkan performa dari organisasi. Misalnya, perkerja servis yang mau memberikan ektra waktu untuk melayani kostumer, anggota team yang mau untuk melakukan tugas ekstra atau pekerja yang selalu mau menjadi volunters tau sukarela untuk lembur tanpa adanya bayaran lebih, hanya untuk memastikan pekerjaannya telah dilakukan dengan baik.

Sumber : Buku "Introduction to Management" by John R. Schermerhorn, Jr.


Also Read :

Thursday, September 26, 2013

Sistem Imbalan

Sistem Imbalan, merupakan pertukaran jasa yang diberikan seseorang kepada organisasi dengan imbalan dalam berbagai bentuk, seperti upah, benefit dan insentif. Imbalan bisa diwujudkan dengan berupa financial ataupun non financial. Sistem imbalan dapat digunakan sebagai motivator dan cara mendeteksi komitmen karyawan, apakah bila seseorang dinaikkan gajinya, maka kinerjanya juga naik ? Ada tiga tujuan dari sistem imbalan.

Tujuan sistem imbalan adalah untuk :
  1. Attract. Menarik orang-orang yang mempunyai kualifikasi baik agar tertarik bergabung kedalam organisasi.
  2. Retain. Mempertahankan orang yang telah bergabung dalam organisasi agar tidak berpindah ke organisasi lain. (kutu loncat)
  3. Motivate. Memotivasi, agar mau melakukan sesuatu untuk menunjang dan memajukan organisasi.

Kecenderungan sistem imbalan yang digunakan pada suatu organisasi berbeda-beda, disesuaikan dengan banyak faktor. Misalnya di Amerika Serikat, hubungan kerja di Amerika sangatlah transaksional. Dimana di Asia, hubungannya lebih cenderung kekeluargaan. Dengan demikian, sistem imbalan yang digunakan juga berbeda. Orang Amerika lebih menyukai financial reward daripada nonfinancial reward, sehingga proporsinya lebih banyak.