All pictures are the property and copyright of their respective owner(s).

Friday, October 18, 2013

Efek Kognitif Konsumsi Alkohol



Kebiasaan meminum alkohol sudah ada selama ribuan tahun lalu, sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Mulai dari bangsa Romawi, Yunani, hingga Cina. Kebiasaan meminum alkohol tersebut biasanya terdapat saat perayaan sebuah acara, atau meminum alkohol untuk mengurangi beban pikiran dan kesedihan. Dari kedua hal tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi alkohol berkaitan erat dengan emosi manusia. Para ahli dalam bidang syaraf otak yaitu Neuropsikologi, neurofisiologi, dan neurobiologi, dari penelitian pada limbik dan korteks (bagian otak) para peminum alkohol, menemukan bahwa kecanduan menerjemahkan emosi menjadi sensasi.

Saat ini, banyak pihak memberi perhatian lebih pada konsumsi alkohol yang berlebihan. Fokusnya yaitu terhadap para peminum alkohol yang mengemudi mobil setelah teler, dan pada modifikasi penggunaan alkohol yang banyak digunakan oleh orang yang berusia muda dan hubungannya dengan obat-obatan psikoaktif lain yang digunakan untuk merasakan sensasi mabuk yang lebih kuat. Penyalahgunaan alkohol tersebut sangat merusak, karena usia pertama saat meminum alkohol berkorelasi dengan penurunan “gray matter volume” di korteks frontal, otak kecil, dan batang otak.

Pada pengkonsumsian alkohol yang berlebihan, memberi dampak yang dapat mengubah struktur dan fungsi dari sistem saraf pusat dan pada jangka panjang dapat menyebabkan perubahan adaptif neuronal yang berkontribusi terhadap phenomena of tolerance and withdrawal. Pada pengkonsumsian satu dosis ethanol jika diberikan pada usia kritis ditemukan bahwa dapat memberikan efek penurunan jangka panjang pada memori jangka panjang. Pada penggunaan dosis rendah alkohol dapat membuat perubahan fisiologis pada otak halus walaupun tanpa adanya defisit perilaku nyata yang ditunjukan.



Source :
Journal of Psychophysiology. "Cognitive Effects of Acute Alcohol Consumption and Addiction". Here the site.

All pictures are the property and copyright of their respective owner(s).
Sources Images : here and here

Friday, September 27, 2013

Organizational Citizenship Behavior Adalah

Pernahkah mengetahui atau mendengar tentang orang-orang yang bersedia untuk "melakukan tugas diluar kewajibannya", atau "bekerja ekstra" di pekerjaannya ? Hal ini merupakan sebuah sikap atau perilaku yang menggambarkan apa yang di maksud dengan Organizational Citizenship. Dan organizational citinzenship ini berkaitan dengan kepuasan kerja.

Jadi kesimpulannya adalah,
Organizational Citizenship adalah kemauan untuk "bekerja melebihi panggilan tugas / kewajiban" atau "bekerja ekstra" dalam suatu pekerjaan. Organizational citizenship merupakan perilaku extra role, atau perilaku melebihi tugas atau tanggung jawab pekerjaannya.

Orang yang adalah seorang Organization citizen yang baik, akan melakukan hal-hal, walaupun tidak dibutuhkan atau diwajibkan, akan berusaha membantu untuk meningkatkan performa dari organisasi. Misalnya, perkerja servis yang mau memberikan ektra waktu untuk melayani kostumer, anggota team yang mau untuk melakukan tugas ekstra atau pekerja yang selalu mau menjadi volunters tau sukarela untuk lembur tanpa adanya bayaran lebih, hanya untuk memastikan pekerjaannya telah dilakukan dengan baik.

Sumber : Buku "Introduction to Management" by John R. Schermerhorn, Jr.


Also Read :

Thursday, September 26, 2013

Sistem Imbalan

Sistem Imbalan, merupakan pertukaran jasa yang diberikan seseorang kepada organisasi dengan imbalan dalam berbagai bentuk, seperti upah, benefit dan insentif. Imbalan bisa diwujudkan dengan berupa financial ataupun non financial. Sistem imbalan dapat digunakan sebagai motivator dan cara mendeteksi komitmen karyawan, apakah bila seseorang dinaikkan gajinya, maka kinerjanya juga naik ? Ada tiga tujuan dari sistem imbalan.

Tujuan sistem imbalan adalah untuk :
  1. Attract. Menarik orang-orang yang mempunyai kualifikasi baik agar tertarik bergabung kedalam organisasi.
  2. Retain. Mempertahankan orang yang telah bergabung dalam organisasi agar tidak berpindah ke organisasi lain. (kutu loncat)
  3. Motivate. Memotivasi, agar mau melakukan sesuatu untuk menunjang dan memajukan organisasi.

Kecenderungan sistem imbalan yang digunakan pada suatu organisasi berbeda-beda, disesuaikan dengan banyak faktor. Misalnya di Amerika Serikat, hubungan kerja di Amerika sangatlah transaksional. Dimana di Asia, hubungannya lebih cenderung kekeluargaan. Dengan demikian, sistem imbalan yang digunakan juga berbeda. Orang Amerika lebih menyukai financial reward daripada nonfinancial reward, sehingga proporsinya lebih banyak.

Apa itu organisasi ? Organisasi adalah

Organisasi adalah kumpulan dari orang-orang yang bekerja bersama untuk mencapai atau meraih suatu tujuan bersama. Pengertian ini berlaku untuk semua ukuran dan tipe organisasi yang berjalan di komunitas apapun, mulai dari organisasi yang besar, sampai pada bisnis atau usaha-usaha kecil, dan juga organisasi non-profit atau sosial seperti sekolah, organisasi pemerintah, dan rumah sakit.

Tujuan umum dari organisasi apapun adalah untuk memberikan produk dan pelayanan kepada kostumer dan klien. Tentunya, tujuan tersebut jelas terkait dengan "kualitas produk dan servis / pelayanan", "kepuasan konsumen" dan "tanggung jawab sosial", yang merupakan sumber penting dari kekuatan dan performance advantage.

All pictures are the property and copyright of their respective owner(s). Source : here

Sumber : buku "Introduction to Management" by John R. Schermerhorn

Also Read :

Sunday, June 30, 2013

Manajemen Imbalan

Manajemen imbalan merupakan penyusunan, pengimplementasian, pemeliharaan, pengkomunikasian dan evaluasi, dari proses imbalan. Tujuannya adalah untuk dapat menumbuhkan motivasi, prestasi kerja, dan komitmen.

Tujuan dari sistem imbalan

Tujuan sistem imbalan adalah untuk :
  1. Attract. Menarik orang-orang yang mempunyai kualifikasi baik agar tertarik bergabung kedalam organisasi.
  2. Retain. Mempertahankan orang yang telah bergabung dalam organisasi agar tidak berpindah ke organisasi lain. (kutu loncat)
  3. Motivate. Memotivasi, agar mau melakukan sesuatu untuk menunjang dan memajukan organisasi.

Falsafah Manajemen Imbalan

 Ada beberapa falsafah dari manajemen imbalan, yaitu:
  1. Memperlakukan manusia sebagai sebuah aset, implikasinya adalah memerlukan investasi. Maksutnya adalah setiap biaya yang dikeluarkan untuk memberikan imbalan kepada karyawan baik berupa upah, insentif, atau benefit, tidak diberikan dengan semata-mata, namun perusahaan mengharapkan balas jasa dari karyawannya yaitu berupa kinerja yang baik yang dapat mendukung dan memajukan organisasi.
  2.  Mendapatkan komitmen sasaran dan nilai organisasi.
  3. Integrasi strategis. Memadukan isu-isu dalam sdm dengan rencana strategis.
  4. Memberdayakan karyawan agar memenuhi kapasitas dan potensi dan kontribusi maksimalnua demi tujuan organisasi.
Sumber : materi kuliah

Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan merupakan sebuah cabang dari psikologi yang mengkaji atau mempelajari mengenai perkembangan manusia. Perkembangan manusia tersebut berupa pertumbuhan, dan perubahan-perubahan baik intraindividual ataupun interindividual. Psikologi perkembangan mempelajari kehidupan manusia mulai dari konsepsi hingga pada usia lanjut atau meninggal.

Pertumbuhan dan Perkembangan. Apakah bedanya?

Pertumbuhan (growth) merupakan proses maturation (kematangan). Lebih kepada proses fisik. Misalnya pertumbuhan tinggi, gigi berat badan, rambut, alat reproduksi, dll.

Perkembangan (development) merupakan perubahan kearah yang semakin maju, lebih kompleks, menuju kedewasaan. Misalnya, perkembangan kognitif, perkembangan emosi, perkembangan bahasa, perkembangan moral, religiusitas, perkembangan seksual, dan perkembangan seksual.

sumber : materi kuliah

Also read :

Apa itu Psikologi

Apa itu psikologi?
Psikologi merupakan ilmu tentang mind and behaviour. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang studi ilmiah mengenai perilaku dan proses mental.
Dari pernyataan ini, terdapat tiga komponen dari psikologi, yaitu :
  • Studi ilmiah,
  • Perilaku, dan,
  • Proses mental.
Mengapa psikologi ilmiah?
Psikologi ilmiah karena informasi atau data dikumpulkan dengan cara yang sistematis, kemudian disusun dalam metode ilmiah. (scientific method).

Perilaku / behavior.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari behavior. Perilaku / behavior adalah aktifitas yang dapat diamati, dilihat, diukur, dan direkam. Misalnya -> apa yang dikatakan, ditulis, dilakukan, dilakukan, termasuk perubahan tubuh (body language, denyut nadi, tekanan darah, atau gelombang otak).

Proses mental.
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari proses mental. Proses mental adalah suatu aktifitas mental yang dapat berupa pikiran, perasaan / emosi, ingatan / memori, motivasi, persepsi, atau keyakinan. Kesemua hal tersebut bukanlah aktivitas yang mudah diamati atau dilihat. Namun mengamati proses mental dapat dibantu dengan alat modern (merekam) atau dengan mengamati perilaku / behavior sebagai representasi dari proses mental tersebut.

Sumber : materi kuliah

Also read :

Wednesday, June 26, 2013

Validitas Tes Adalah

Validitas adalah sejauhmana tes mengukur atribut yang diukur (ketepatan tes).

Validitas dibagi menjadi 3 :

1. Validitas Isi
Validitas yang diestimasi dengan pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional / judgment test. Sejauhmana aspek relevansi dan aspek representasi.
  • Validitas Muka (dilihat melalui format penampilan tes), mempengaruhi kredibilitas tester, dan motivasi testee.
  • Validitas Logik (konten, analisis logis), sejauhmana tes mewakili ranah / domain dengan kisi-kisi / blueprint tes
 2.Validitas Konstrak
Menunjukkan sejauhmana tes mengungkap konstrak trait / konstrak teoritik.
  • Multi-trait, multi-method. Beberapa trait dikorelasikan dengan beberapa metode. Trait sama yang diukur dengan metode berbeda memiliki korelasi tinggi (validitas konvergen). Sedangkan, trait berbeda yang diukur dengan metode yang sama memiliki korelasi rendah (validitas diskriminan).
  • Analisis Faktor
3. Validitas Kriteria
Validitas kriteria diukur dengan kriteria eksternal, merupakan dasar pengujian skor tes.
  • Validitas Prediktif (melihat prestasi yang akan datang), skor kriteria ditunggu beberapa waktu untuk mengetahui korelasinya. Misal : Tes masuk perguruan tinggi, dengan IPnya.
  • Validitas Konkuren (dikorelasikan dengan skor kriteria yang sudah ada). Misal : Hasil Ujian Akhir Sekolah dengan nilai raportnya.
Sumber :
Azwar, Saifuddin. (2011). Dasar-Dasar Psikometri. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Also Read :


Upah, Benefit, Insentif Adalah

Sistem Imbalan, merupakan pertukaran jasa yang diberikan seseorang kepada organisasi.

Ada 3 hal penting dalam Sistem Imbalan, apakah itu?
  1. Upah : Upah adalah bentuk imbalan yang diberikan perusahaan kepada karyawan atas dasar nilai jabatan.
  2. Benefit : Benefit adalah bentuk imbal jasa atau dasar kebutuhan yang berguna untuk memperlancar proses kerja.
  3. Insentif : Insentif merupakan imbal jasa yang berdasarkan pada tolak ukur prestasi, atau kesuksesan. Saat seorang karyawan berhasil mencapai suatu prestasi tertentu. (Terkadang insentif bisa bukan berupa uang). Inti dari insentif adalah pengakuan prestasi. Insentif bisa membuat perilaku seseorang sesuai dengan harapan, atau target.
Ketiga Hal tersebut bukanlah Hak karyawan, namun merupakan kewajiban organisasi pada karyawan. Perusahaan memang harus memberikannya untuk kepuasan karyawan, yang nantinya akan menunjang kinerja karyawan.

Sumber : Materi Kuliah

Artikel Terkait

Definisi Inteligensi Menurut Ahli

Inteligensi, merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, selalu berperan dalam setiap aktivitas.
Namun, belum ada kesepakatan tentang inteligensi atau penggunaan istilah "inteligensi". Disini ada beberapa ahli yang menjelaskan mengenai inteligensi.

Vernon
Berpendapat, bahwa ada tiga arti Inteligensi :
  1. Inteligensi : Kapasitas bawaan, diperoleh oleh anak dari orangtua melalui gen (akan mempengaruhi perkembangan mental).
  2. Inteligensi : "Kepandaian", cepat dalam bertindak, bagus dalam penalaran & pemahaman, efisiensi dalam aktivitas mental.
  3. Inteligensi : Merupakan "MA" (mental age) atau "IQ" (Inteligence Quotient), atau hasil dari tes inteligensi.

Donald Olding Hebb
Kemudian Muncul Istilah Inteligensi A, B, C.
Diformulasikan pertama oleh Donald Olding Hebb

Reymond Bernard Cattell
    • Fluid Inteligence (Gf) -> merupakan kapasitas bawaan
    • Crystallized Inteligence (Gc) -> merupakan hasil belajar
  • Kemampuan Umum (G) terdiri dari :
    • Fluid (f)
    • Crystallized (c)

Jenis Tes Inteligensi

Tes Inteligensi dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

1. Cara Penyajian
    a. Individual test
    b. Classical Tes
2. Waktu Mengerjakan
    a. Speed test
    b. power test
3. Cara Mengerjakan
    a. Verbal test
    b. Paper and pencil / performance test
4. Hal yang diungkapkan
    a. Fluid Inteligence
    b. Crystalized Inteligence
5. Hasilnya
    a. IQ = Inteligence Quotient
    b. Grade atau tingkat
6. Berdasarkan Testee
    a. Anak
    b. Dewasa
    c. Lansia
    d. Khusus (tuna rungu, netra, difabel)
7. Pendidikan Testee
    a. Tidak berpendidikan
    b. Pra sekolah
    c. SD + SLTP
    d. Lulus SLTA

Sumber : Materi Kuliah

Artikel Terkait :

Tuesday, May 28, 2013

Intelegensi dan IQ



Orang seringkali menyamakan arti intelegensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti inteligensi didefinisikan berbeda-beda oleh para ahli. Salah satu contohnya, pengertian inteligensi menurut Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon, inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).
All pictures are the property & copyright of their respective owner(s). Source here.
Lalu, apa itu IQ? IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (mental age) dengan umur kronologik (chronological age).
Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mengalami kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.


Baca artikel lain seputar materi kuliah Psikologi di halaman Materi Kuliah Psikologi


Pengertian Intelegensi Menurut Ahli


All pictures are the property&copyright of their respective owner(s)
http://www.savagechickens.com/images/chickenworktest72.jpg
Inteligensi Menurut Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon, inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism). 
David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. 
Lewis Madison Terman pada tahun 1916 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
H. H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.
V.A.C. Henmon mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
Baldwin pada tahun 1901 mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
Edward Lee Thorndike (1874-1949) pada tahun 1913 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
George D. Stoddard pada tahun 1941 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan mengandung kesukaran, kompleks, abstrak, ekonomis, diarahkan pada suatu tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari sumbernya.
Walters dan Gardber pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
Flynn pada tahun 1987 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar adari pengalaman.

Baca artikel lain seputar materi kuliah Psikologi di halaman Materi Kuliah Psikologi

 

Sejarah Tes Intelegensi




All pictures are the property&copyright of their respective owner(s)
http://www.savagechickens.com/images/chickenworktest72.jpg


Pada awalnya telah dipraktekan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang dilakukan oleh jenderal cina, untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislatif berdasarkan pengetahuan menulis klasik, persoalan administratif dan manajerial.
Kemudian dilanjutkan sampai pada masa dinasti Han (200 SM- 200 M), namun seleksi ini tidak lagi untuk legislatif saja, tetapi mulai merambah pada bidang militer, perpajakan, pertanian, dan geografi. Meskipun diawali dengan sedikit mencontoh pada seleksi militer perancis dan Inggris. Sistem ujian telah disusun dan berisi aktivitas yang berbeda, seperti tinggal dalam sehari semalam dalam kabin untuk menulis artikel atau puisi, hanya 1 % sampai dengan 7 % yang diijinkan ikut ambil bagian pada ujian tahap kedua yang berakhir dalam tiga hari tiga malam. Menurut Gregory (1992), seleksi ini keras namun dapat memilih orang yang mewakili karakter orang Cina yang kompleks. Tugas-tugas militer yang berat cukup dapat dilakukan dengan baik oleh para pegawai yang diterima dalam seleksi fisik dan psikologi yang intensif 
Tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah Wundt. Beliau merupakan psikolog pertama yang menggunakan laboratorium dengan penelitiannya mengukur kecepatan berpikir. Wundt mengembangkan sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan berpikir. Sedangkan Cattel (1890) menemukan tes mental pertama kali. Yang memfokuskan pada tidak dapatnya membedakan antara energi mental dan energi jasmani. Meskipun Pada dasarnya tes mental temuan Cattel ini hampir sama dengan temuan Galton.
Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Alfred Binet. Selain kontribusi nyata pribadi beliau dengan menciptakan tes intelegensi, beliau juga bekerja sama dengan Simon (1904) untuk membuat instrumen pengukur intelegensi dengan skala pengukuran level umum pada soal- soal mengenai kehidupan sehari- hari. Perkembangan selanjutnya dua tokoh ini mengembangkan penggunaan tes intelegensi dengan tiga puluh items berfungsi mengidentifikasikan kemampuan sekolah anak. Tahun 1912, Stres membagi mental age dengan cronological age sehingga muncul konsep IQ.
Tokoh selanjutnya yang cukup berperan adalah Spearman dan Persun, dengan menemukan perhitungan korelasi statistik. Perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu standar internasional yang dibuat di Amerika Serikat berjudul “Standards for Psychological and Educational Test” yang digunakan sampai sekarang. Kini tes psikologi semakin mudah, praktis, dan matematis dengan berbagai macam variasinya namun tanpa meninggalkan pedoman klasiknya. Psikodiagnostik adalah sejarah utama dari tes psikologi atau yang juga disebut psikometri.

Baca artikel lain seputar materi kuliah Psikologi di halaman Materi Kuliah Psikologi

Kode Etik


Kode Etik
 

Ruang gerak seorang profesional diatur melalui etika profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi.
Kode etik merupakan sebuah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA.


Kode Etik Psikologi Indonesia terdiri dari tiga bagian, yaitu Mukadimah, Pasal Kode Etik, dan Penutup.

Selengkapnya isi KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA.


Baca artikel lain seputar materi kuliah Psikologi di halaman Materi Kuliah Psikologi


Pasal 76 Kode Etik Psikologi

Pasal 76
Pemberian Konseling Psikologi/ Psikoterapi bagi yang Menjalani Konseling Psikologi/Psikoterapi sebelumnya

Psikolog saat memutuskan untuk menawarkan atau memberikan layanan kepada
orang yang akan menjalani konseling psikologi/psikoterapi yang sudah pernah mendapatkan konseling psikologi/psikoterapi dari sejawat psikolog lain,
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Psikolog tersebut perlu berhati-hati dalam mempertimbangkan keberpihakan kepada kesejahteraan orang yang menjalani proses konseling/psikoterapi serta menghindari potensi konflik dengan psikolog yang sebelumnya telah memberikan layanan yang sama.

b) Psikolog perlu mendiskusikan isu perawatan atau konseling psikologi /psikoterapi dan kesejahteraan orang yang menjalani konseling psikologi/psikoterapi dengan pihak lain yang mewakili orang yang menjalani konseling psikologi/psikoterapi tersebut dalam rangka meminimalkan risiko kebingungan dan konflik.

c) Jika memungkinkan, psikolog mengkomunikasikan kepada psikolog pemberi layanan praktik sebelumnya kemudian melanjutkan secara hati-hati serta peka pada isu-isu terapeutik.



Pemahaman pasal 76 KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA

Pasal 76 menjelaskan bahwa sebagai seorang psikolog harus mementingkan kebutuhkan klien. Dalam menawarkan atau menerima pasien yang telah menjalani konseling, harus memperhatikan kesejahteraan klien, konselor menawarkan jasanya berdasar pada kompetensi konselor yang dinilai mampu menangani klien dan tujuannya untuk membantu klien. Kepentingan pribadi konselor tidak boleh dijadikan alasan melakukan konseling pada klien, seperti kepentingan konselor untuk mendapatkan klien atau mendapatkan imbalan.
Konselor juga harus menjaga sikapnya dalam konseling berkaitan hubungan dengan konselor lain. Konselor tidak melakukan sikap-sikap yang dapat menimbulkan konflik dengan konselor lain yang sebelumnya menangani klien. Sikap yang dapat memicu konflik seperti menjelekkan konselor lain secara langsung atau tidak langsung demi kepentingan pribadi konselor. Seperti upaya mendapatkan klien, upaya membuat klien kembali konseling kepada dirinya dibanding kepada konselor lain yang sebelumnya menangani klien.
Pengalaman klien yang pernah melakukan konseling sebelumnya bisa menimbulkan kebingungan dan konflik. Kebingungan dan konflik dapat muncul dikarenakan perbedaan penanganan yang ada atau perbedaan konselor yang menangani. Oleh karena itu, penting bagi konselor untuk mendiskusikan dengan pihak lain yang mewakili klien dalam konseling. Dengan mendiskusikan dengan pihak lain, dapat memahami keadaan konseling yang sebelumnya dialami klien, sehingga dapat melakukan penanganan yang tepat.
Konselor sebaiknya mengkomunikasikan dengan psikolog yang sebelumnya menangani. Berkomunikasi dengan psiklog yang sebelumnya menangani dapat meningkatkan pemahaman konselor mengenai kondisi klien dan apa saja penanganan yang telah klien terima. Pemahaman yang baik mengenai kondisi klien dapat membantu konselor melakukan follow up terhadap penanganan klien. Sehingga konselor dapat menentukan langkah apa yang tepat yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan atau yang harus dikembangkan dalam penanganan klien demi kesejahteraan klien.



Praktek dari pasal 76 KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA.

Pasal 76 tersebut sangat erat dengan proses referral dalam konseling. Referral merupakan perujukan pasien kepada konselor lain yang dirasa lebih kompeten dalam menangani klien. Proses referral dapat dilakukan apabila konselor yang sebelumnya menangani klien, merasa bahwa tidak mampu memberikan pelayanan yang diperlukan klien. Ketidak mampuan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai penyebab yang ada. Seperti, keprihatinan klien di luar kompetensi konselor, kepribadian yg berbeda sehingg akan mempengaruhi proses konseling, klien teman dekat atau saudara, ketika klien enggan mendiskusikan masalahnya karena berbagai alasan, atau jika dirasa hubungannya dg klien tidak efektif.
Bagi konselor yang menjadi tujuan rujukan (menerima pasien) atau menawarkan jasanya,  harus memperhatikan pasal 76 kode etik psikologi Indonesia. Sehingga dalam penanganan klien, konselor dapat melakukan sikap yang tepat yang mementingkan kepentingan kesejahteraan klien, dan dapat melindungi konselor dalam bertindak.


 

Penulisan artikel ini, berdasarkan pemahaman pribadi penulis dalam pemaknaan pasal 76 kode etik psikologi Indonesia. Tidak ada kepentingan pribadi dalam penulisannya. Apabila terdapat pihak-pihak yang merasa isi artikel ini merusak pemahaman pasal 76 kode etik psikologi Indonesia, silahkan hubungi admin dan penulis di errizqie@gmail.com untuk memperbaiki isi artikel ini.

Baca artikel lain seputar materi kuliah Psikologi di halaman Materi Kuliah Psikologi

Hipotesis Penelitian Eksperimen

Hipotesis Penelitian Eksperimen

Agar penelitian dapat terarah, dirumuskan pendugaan terlebih dahulu terhadap penyebab terjadinya masalah tersebut (hipotesis). Hipotesis terdiri dari dua kata, yakni hipo (yang berarti keraguan), dan tesis (yang berarti kebenaran). Jadi hipotesis berarti kebenaran yang masih diragukan. Menurut Soemadi Suryabrata, hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis sendiri merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penelaahan pustaka. Yang kemudian dijadikan jawaban masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin.

Perumusan hipotesis hendaknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang secara jelas dan padat memuat pertautan antara dua variabel atau lebih. Selain itu, hipotesis yang dirumuskan harus dapat diuji, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut. Secara garis besar, hipotesis dibedakan menjadi dua, yakni hipotesis alternative dan hipotesis nol. 

Hipotesis alternative (Ha), hipotesis yang menyatakan adanya saling-hubungan antara dua variable atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Misalkan hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar siswa”

Hipotesis nol (H0), hipotesis yang menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variable atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Contoh hipotesis nol adalah “Tidak ada hubungan antara tingkat penghasilan orangtua dengan prestasi belajar anak.


Baca artikel lain seputar materi kuliah Psikologi di halaman Materi Kuliah Psikologi
  1. Fungsi Penelitian Eksperimen
  2. Hipotesis Penelitian Eksperimen
  3. Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen di Psikologi...
  4. Pendekatan Penelitian Psikologi
  5. Macam Error Dalam eksperimen.
  6. Variabel Penelitian Eksperimen
  7. Ilusi Muller Lyer
  8. Pemecahan Masalah / Problem Solving

Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen di Psikologi

Langkah-Langkah Penelitian Eksperimen di Psikologi

All pictures are the property&copyright of their respective owner(s)
Menurut Sukardi (2003), pada umumnya penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu :

(1) Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
.,;
(2) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
            Dalam membuat masalah penelitian ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu harus menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel, dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak ambigu, dan harus memungkinkannya dilakukan pengukuran secara empiris (Kerlinger & Lee, 2000).

(3) Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah. 

(4) Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan:
a) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen.
b) Menentukan cara mengontrol
c) Memilih rancangan penelitian yang tepat;
d) Menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian;
e) Membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen;
f) Membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan;
g) Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.

(5) Melaksanakan eksperimen.

(6) Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.

(7) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan. 

(8) Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.

(9) Menginterpretasikan hasil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan.


Baca artikel lain seputar materi kuliah Psikologi di halaman Materi Kuliah Psikologi

Baca juga, artikel terkait :